1. Pendekatan
Kesusastraan
Secara
etimologi (menurut asal-usul kata) kesusastraan berarti karangan yang indah.
“sastra” (dari bahasa Sansekerta) artinya : tulisan, karangan. Akan tetapi
sekarang pengertian “Kesusastraan” berkembang melebihi pengertian etimologi
tersebut. Kata “Indah” amat luas maknanya. Tidak saja menjangkau
pengertian-pengertian lahiriah tapi terutama adalah pengertian-pengertian yang
bersifat rohaniah. Misalnya, bukankah pada wajah yang jelak orang masih bisa
menemukan hal-hal yang indah.
Sebuah
cipta sastra yang indah, bukanlah karena bahasanya yang beralun-alun dan penuh
irama. Ia harus dilihat secara keseluruhan: temanya, amanatnya dan strukturnya.
Pada nilai-nilai yang terkandung di dalam ciptasastra itu.
Ada
beberapa nilai yang harus dimiliki oleh sebuah ciptasastra. Nilai-nilai itu
adalah : Nilai-nilai estetika, nilai-nilai moral, dan nilai-nilai yang bersifat
konsepsionil. Ketiga nilai tersebut sesungguhnya tidak dapat dipisahkan sama
sekali. Sesuatu yang estetis adalah sesuatu yang memiliki nilai-nilai moral.
Tidak ada keindahan tanpa moral. Tapi apakah moral itu? Ia bukan hanya semacam
sopan santun ataupun etiket belaka. Ia adalah nilai yang berpangkal dari
nilai-nilai tentang kemanusiaan. Tentang nilai-nilai yang baik dan buruk yang
universil. Demikian juga tentang nilai-nilai yang bersifat konsepsionil itu.
Dasarnya adalah juga nilai tentang keindahan yang sekaligus merangkum nilai
tentang moral.
Nilai-nilai
estetika kita jumpai tidak hanya dalam bentuk (struktur) ciptasastra tetapi
juga dalam isinya (tema dan amanat) nya. Nilai moral akan terlihat dalam sikap
terhadap apa yang akan diungkapkan dalam sebuah ciptasastra cara bagaimana
pengungkapannya itu. Nilai konsepsi akan terlihat dalam pandangan pengarang
secara keseluruhan terhadap masalah yang diungkapkan di dalam ciptasastra yang
diciptakan.
Sebuah
ciptasastra bersumber dari kenyataan-kenyataan yang hidup di dalam masyarakat
(realitas-objektif). Akan tetapi ciptasastra bukanlah hanya pengungkapan
realitas objektif itu saja. Di dalamnya diungkapkan pula nilai-nilai yang lebih
tinggi dan lebih agung dari sekedar realitas objektif. Ciptasastra bukanlah
semata tiruan daripada alam (imitation of nature) atau tiruan daripada hidup
(imitation of life) akan tetapi ia merupakan penafsiran-penafsiran tentang alam
dan kehidupan itu (interpretation of life).
Sebuah
ciptasatra mengungkapkan tentang masalah-masalah manusia dan kemanusian.
Tentang makna hidup dan kehidupan. Ia melukiskan penderitaan-penderitaan
manusia, perjuangannya, kasih sayang dan kebencian, nafsu dan segala yang
dialami manusia. Dengan ciptasastra pengarang mau menampilkan nilai-nilai yang
lebih tinggi dan lebih agung. Mau menafsirkan tentang makna hidup dan hakekat
kehidupan.
Dapat
saja sebuah ciptasastra menceritakan tentang kehidupan binatang, seperti
misalnya karyasastra yang besar ‘Pancatanteran” atau “Hikayat Kalilah dan
Daminah”, namun sebetulnya manusia. Jadi sesungguhnya karya tersebut tetap
mengungkapkan kehidupan manusia akan tetapi ditulis perlambang-perlambang.
Sebuah
ciptasasra yang baik, mengajak orang untuk merenungkan masalah-masalah hidup
yang musykil. Mengajak orang untuk berkontemplasi, menyadarkan dan membebaskan
dari segala belenggu-belenggu pikiran yang jahat dan keliru. Sebuah ciptasastra
mengajak orang untuk mengasihi manusia lain. Bahwa nasib setiap manusia
meskipun berbeda-beda namun mempunyai persamaan-persamaan umum, bahwa mereka
ditakdirkan untuk hidup, sedang hidup bukanlah sesuatu yang gampang tapi penuh
perjuangan dan ancaman-ancaman. Ancaman-ancaman yang datang dari luar maupun
yang datang dari dalam (diri sendiri).
Bahwa
kemanusiaan itu adalah satu, “ Mankind is one”, dan sama di mana-mana. Inilah
yang diungkapkan dan ingin dikatakan kesusastraan. Alangkah besar dan luasnya,
bukan?
Jika
disimpulkan maka “kesusastraan” adalah merupakan pengungkapan dari fakta
artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat)
melalui bahasa sebagai medium dan punya efek yang positif terhadap kehidupan
manusia (kemanusiaan).
2. Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Prosa
Dalam bahasa Indonesia istilah prosa sering diterjemahakan menjadi
cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang
mempunyai pameran,lakuan, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau
imajinasi.
Dalam kesusatraan Indonesia kilta mengenal jenis prosa lama dan
baru.
a. Prosa lama meliputi
1.
dongeng-dongeng
2.
hikayat
3.
sejarah
4.
epos
5.
cerita pelipur lara
b. Prosa baru meliputi
1.
cerita pendek
2.
hikayat
3.
biografi
4.
kisah
5.
otobiografi
3. Nilai-Nilai Dalam Prosa Fiksi
Nilai-nilai yang
diperoleh pembaca lewat sastra antara lain :
1. Prosa fiksi
memberikan kesenangan
Keistimewaan
kesenangan yang di peroleh dari membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan
pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu peristiwa/kejadian
yang di kisahkan.
2. Prosa fiksi
memberikan informasi
Fiksi memberikan
sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi.
3. Prosa fiksi
memberikan warisan kultural
Prosa fiksi dapat
menstimuli imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak
henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
4. Prosa memberikan
keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi
seseoarang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan
banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih
respon-respon emosional/rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada
apa yang di sajikan ke dalam kehidupan sendiri.
Kepuitisan,
keartistikan/keestetikaan bahasa puisi di sebabkan oleh kreativitas penyair
dalam membangun puisinya dengan menggunakan :
1. Figura bahasa
seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori, dsb sehingga puisi
menjadi hidup.
2. Kata-kata yang
ambiquitas yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
3. Kata-kata berjiwa
yaitu kata-kata yang sudah di beri suasana tertentu, berisi perasaan dan
pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
4. Kata-kata yang
konotatif yaitu kata-kata yang sudah di beri tambahan nilai-nilai rasa dan
asosiasi-asosiasi tertentu.
5. Pengulangan, yang
berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang di lukiskan, sehingga lebih
menggugah hati.
Adapun alasan-alasan
yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan IBD adalah :
1. Hubungan puisi
dengan pengalaman hidup manusia
Perekaman/penyampaian
pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan”. Pendekatan
terhadap pengalaman perwakilan itu dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang
disebut “pengalaman perwakilan”
2. Puisi dan
keinsyafan/kesadaran individual
Dengan membaca puisi
mahasiswa dapat diajak untuk dapat menjenguk hati/pikiran manusia, karena
melalui puisinya sang penyair menunjukan kepada pembaca bagian dalam hati
manusia, ia menjelaskan pengalaman setiap orang.
3. Puisi dan
keinsyafan sosial
Secara imaginatif
puisi dapat menafsirkan siuasi dasar manusia sosial yang bisa berupa :
- penderitaan atas
ketidak adilan
- perjuangan utuk
kekuasaan
- konflik dengan
sesamanya
- pemberontakan
terhadap hukum Tuhan
4. Ilmu Budaya Dasar yang Dihubungkan Dengan Puisi
Sumber Gambar : http://blogobisnis.com/wp-content/uploads/2014/08/59695_foto_ilustrasi_surat_663_382.jpg
Sumber Gambar : http://blogobisnis.com/wp-content/uploads/2014/08/59695_foto_ilustrasi_surat_663_382.jpg
Kepuitisan,
keartistikan/keestetikaan bahasa puisi di sebabkan oleh kreativitas penyair
dalam membangun puisinya dengan menggunakan :
1. Figura bahasa
seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori, dsb sehingga puisi
menjadi hidup.
2. Kata-kata yang
ambiquitas yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
3. Kata-kata berjiwa
yaitu kata-kata yang sudah di beri suasana tertentu, berisi perasaan dan
pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
4. Kata-kata yang
konotatif yaitu kata-kata yang sudah di beri tambahan nilai-nilai rasa dan
asosiasi-asosiasi tertentu.
5. Pengulangan, yang
berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang di lukiskan, sehingga lebih
menggugah hati.
Adapun alasan-alasan
yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan IBD adalah :
1. Hubungan puisi
dengan pengalaman hidup manusia
Perekaman/penyampaian
pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan”. Pendekatan
terhadap pengalaman perwakilan itu dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang
disebut “pengalaman perwakilan”
2. Puisi dan
keinsyafan/kesadaran individual
Dengan membaca puisi
mahasiswa dapat diajak untuk dapat menjenguk hati/pikiran manusia, karena
melalui puisinya sang penyair menunjukan kepada pembaca bagian dalam hati
manusia, ia menjelaskan pengalaman setiap orang.
3. Puisi dan
keinsyafan sosial
Secara imaginatif
puisi dapat menafsirkan siuasi dasar manusia sosial yang bisa berupa :
- penderitaan atas
ketidak adilan
- perjuangan utuk
kekuasaan
- konflik dengan
sesamanya
- pemberontakan
terhadap hukum Tuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar